BAB IX
SALEP
9.1. Definisi Salep
Salep
adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok (Depkes.1979).
Salep adalah sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Dirjen POM, 1995).
Menurut R. VOIGT salep adalah gel dengan sifat deformasi plastis yang
digunakan pada kulit atau selaput lendir. Sediaan ini dapat mengandung bahan
obat tersuspensi, terlarut atau teremulasi.
Menurut Ansel
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.
Salep mata akan dibicarakan dalam bab yang berikutnaya. Salep dapat mengandung
obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan terakhir bisanya dikatakan
sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam
penyimpan salep yang mengandung obat.
Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting.
Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah
dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada
suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana
pasta digunakan.
Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian
berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat,
digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak
berbau tengik.
Salep tidak
boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10% (Moh. Anief. 1997).
Menurut FI edisi III
Salep adalah
sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat Luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen kedalam dasar salep yang cocok.
Menurut FI edisi IV
Salep adalah
sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput
lendir . salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan
obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 %.
Tujuan
pembuatan salep antara lain sebagai pengobatan pada kulit, melindungi kulit (
pada luka luar agar tidak terinfeksi ) serta melembabkan kulit.
Dasar salep yang digunakan sebagai
pembawadibagi dalam 4 kelompok:dasar salep senyawa hidrokarbon,
dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air,
dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
(Dirjen POM, 1995).
9.2. Peraturan Pembuatan Salep Menurut F. Van Duin :
- Peraturan salep pertama
“zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak,
dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.
- Peraturan salep kedua
“bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada
peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang
dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang
dipakai, dikurangi dari basis salepnya”
- Peraturan salep ketiga
“bahan-bahan yang sukar atau hanya
sebagaian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu,
kemudian diayak dengan pengayak No.60”
- Peraturan keempat
“salep-salep yang dibuat dengan
jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin” bahan-bahan yang
ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan
bobotnya.
9.3. Kualitas Dasar Salep
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep
harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang
ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh
produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang
paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus
kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak
boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya
pada daerah yang diobati.
5.
Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan.
6. Lembut,
mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif (Anief, 2007).
Pemilihan dasar salep tergantung pada
beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat obat yang dicampurkan,
ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal
perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas
yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang terhidrolisis, lebih stabil dalam
dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep yang mengandung air, meskipun
obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air,
meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung
air (Dirjen POM, 1995).
1.1.
Komposisi Dasar Salep
Menurut
(Moh. Anief. 1997) berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan
sebagai berikut :
1.
Dasar salep hidrokarbon, yaitu :
a.
Vaselin putih atau vaselin kuning
b.
Campuran vaselin yaitu malam putih atau malam kuning
c.
Farafin cair dan farafin padat
d.
Minyak tumbuh-tumbuhan
e.
Jelene
2.
Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air yang terdiri :
a.
Adeps lanae
b.
Unguenta simpleks
c.
Hidrofilic fetrolerlum
3.
Dasar salep yang dapat diolesi dengan air, yaitu terdiri atas :
a.
Dasar salep emulsi MIA seperti vanishing cream
b.
Emulsifying quitment B.P
c.
Hydrophilic Qitment dibuat dari minyak mineral, stearyalcohol mayri 52 (
emulgator tipe M/A)
4.
Dasar salep yang dapat larut dalam air antara lain PGA atau campuran PEG.
a.
Polyethaleneggropl Qintment USP
b.
Ciagacant
c.
PGA
Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini
dikenal sebagai dasar salep berlemak antar lain vaselin putih dan salep putiih.
Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini
dimaksud untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai
emolien, dan sukar dicuci , tidak mengering dan tidak tmpak berubah dalam waktu
lama.(Dirjen POM, 1995).
Dasar salep serap, dasar salep serap ini
dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang
dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik
dan lanolin anhidrat), dan kelompok ke 2terdir atas emulsi air dalam minyak
yang dapat bercampurdengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep
serap juga dapat bermanfaat sebagai emolien. (Dirjen POM,
1995).
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air,
dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan
lebih tepat disebut “krim”(lihat kremores). Dasat ini dinyatakan juga sebagai
“dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci
dikulit atau dilap basah,
sehingga dapat diterima untuk dasar kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi
lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon.
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan
yang terjdi pada kelainan dermatologik.(Dirjen POM,
1995).
Dasar salep larut dalam air, kelompok ini
disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang
dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air
seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat
disebut “gel”.(Dirjen POM, 1995).
9.4. Fungsi Salep
Fungsi salep( Anief,
2005)antara lain :
1. Sebagai bahan aktif pembawa sustansi obat untuk
pengobatan kulit
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit
3. Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak
permukaan kulit yang dengan larutan berair dan perangsang kulit
9.5. Penggolongan Salep
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat
farmakologi, bahan dasarnya dan formularium nasional antara lain:
1. Menurut konsistensi, salep di bagi :
a.
Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti
mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa
memakai tenaga
b.
cream adalah salep yang banyak mengandung air , mudah
diserap kulit suatu tipe yang mudah dicuci dengan air.
c.
pasta adalah salep yang menagandung lebih dari 50 % zat padat ( serbu)
suatu salep yang tebal karna merupakan penutup atau pelindung bagian luar kulit
yang diolesi.
d.
jelly/ gelanoes adalah salep yang lebih halus, umumnya cair dan
sedikit mengandung atau tanpa mokusa sebagai pelican atau basis, biasanya
terdiri atau campuran sederhana dari minyak lemak dan titik lebur.
e.
cerata adalah salep lemak yang mengandung persentase lilin yang tinggi
sehingga konsentrasinya lebih keras.(Moh. Anief. 1997)
2. Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a. Salep epidermik
( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi
kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal
; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent.
Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b. Salep
endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke
dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian
dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke
dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep
yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
3. Menurut dasar
salepnya:
a.
Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep
yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat dicuci dengan air.
Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.
b. Dasar salep
hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep
tipe o/w.(Syamsuni, 2006).
9.6. Persyaratan Salep
a. pemerian : tidak boleh bau tengik
b. kadar : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar
salep( basis salep ) yang digunaakan vaselin
c. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok harus menunjukan susunan yang homogeny.
d. Penandaan : etiket harus tertera ”obat luar “. (Syamsuni,
2006).
9.7. Metode
pembuatan salep
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau
mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada beberapa
metode pembuatan salep, yaitu;
a.
Metode Pelelehan: zat pembawa dan
zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang
homogeny.
b.
Metode Triturasi : zat yang tidak
larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu
zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
a) Zat yang dapat
larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)Ã d mudah
larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)à d homogenkan à d tambah sisa basis
b) Zat yang mudah
larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat
larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan
dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
Salep yang
dibuat dengan peleburan
a) Dalam cawan
porselen
b) Salep yang
mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
c) Bila
bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh
perlu dikolir (disaring dengan kasa)Ã d lebihkan 10-20%
9.8.Cara
pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa
bagian:

Gambar : skema cara pembuatan sediaan salep dengan zat tertentu
Zat
padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar
salep.
1. Camphorae
a) Dilarutkan
dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak
dilampaui daya larutnya).
b) Jika dalam
resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut.
c) Jika dalam
resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair jika
dicampur (karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair,
baru ditambahkan dasar salepnya.
d) Jika camphorae
itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau alcohol
95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
2. Pellidol
a) Larut 3% dalam
dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa
harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20%).
b) Jika pollidol
yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang
sudah dicairkan.
3. Lodium
a) Jika
kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
b) Larutkan daalam
larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda V).
c) Ditetesi dengan
etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya.
b. Zat padat larut dalam air
1.
Protargol
(argentum proteinatum)
a. Larut dalam air
dengan jalan menaburkan diatas air kemudian didiamkan selama 15 menit ditempat
gelap.
b. Bila dalam
resep terdapat gliserol, maka Protargol digerus dengan gliserin baru ditambah
air, dan tidak perlu ditunggu 15 menit (gliserol mempercepat daya larut
protargol dalam air).
2.
Colargol
(argentum colloidale)
Sama dengan Protargol dan air yang
dipakai 1/3 kalinya.
3. Argentums
nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan
meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O,
kecuali pada resep obat wasir.
4. Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan
menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti
dengan penol liquidfactum.
c. Bahan obat yang larut dalam air
tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1. Argentums
nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri
bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii
tartrans
7. Oleum iocoris
aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik
(misalnya penisilin)
10. Chloretum
auripo natrico
c.
Bahan yang
ditambahkan terakhir pada suatu massa salep:
1. Ichtyol
2. Balsam-balsem
dan minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer album
serta zat padat tidak larut dalam air
Penjelasan:
a) Ichtyol, sebab
jika ditambahkan pada masa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat
terjadi pemisahan.
b) Balsem-balsem
dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika
digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap.
c) Air, berfungsi
sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
d) Gliserin, harus
ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur dengan
bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab
tidak bias diserap dengan mudah oleh dasar salep.
d. Zat Cair (Sebagai pelarut bahan
obat)
1.
Air
a)
Terjadi reaksi
Contohnya, jika aqua calcis
bercampur dengan minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara
penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok
dalam sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan
lainnya.
b)
Tak terjadi
reaksi
a. Jumlah sedikit
: teteskan terakhir sedikit demi sedikit
b. Jumlah banyak :
diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan berat airnya diganti dengan
dasar salepnya
2.
Spiritus/etanol/alcohol
a) Jumlah sedikit
: teteskan terakhir sedikit demi sedikit
b) Jumlah banyak :
ü Tahan panas :
Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai sekental sirop atau
sepertiga bagian.
ü Tak tahan panas
:
§ Diketahui
pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya tinct. Iodii
§ Tak diketahui
pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi sedikit
§ Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus
diperhitungkan menurut perbandingan dasar salepnya.
3. Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi
sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsam peruvianum,
ichtyol, kreosot.
Bahan berupa
ekstak/extraktum
a. Extraktum
siccum/kering
Umumnya larut dalam air, maka
dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya
b. Exractum
spissum/kental
Diencerkan dahulu dengan air atau
etanol
c. Extractum
liquidum
Dikerjakan seperti pada cairan
dengan spiritus.
Bahan-bahan lain
a. Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam
lumpang dingin, sampai halus (<20µg) atau gunakan resep standar, misalnya :
Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum
Hydrargyri Fortio (C.M.N) mengandung 50%
b. Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus,
larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo, dikerjakan seperti
Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.
c. Bentonit
Serbuk halus
yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.
9.9. Kriteria dasar salep yang ideal
Suatu dasar salep yang ideal
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tidak
menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2. Di dalam
sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3. Tidak
merangsang kulit.
4. Reaksi netral,
pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5. Stabil dalam
penyimpanan.
6. Tercampur baik
dengan bahan berkhasiat.
7. Mudah
melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8. Mudah dicuci
dengan air.
Masalah inkompatibilitas obat (tidak
tercampurkannya suatu obat),yaitu pengaruh-pengaruh yang terjadi jika obat yang
satu dicampurkan dengan yang lainnya.
Inkompatibilitas obat dapat dibagi
atas 3 golongan :
a. Inkompatibilitas terapeutik.
Inkompatibilitas golonganini
mempunyai arti bahwa bila obat yang satu dicampur/dikombinasikan dengan obat
yang lain akan mengalami perubahan-perubahan demikian rupa hingga sifat
kerjanya dalamtubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan. Hasilkerjanya
kadang-kadang menguntungkan, namun dalambanyak hal justru merugikan dan malah
dapat berakibat fatal.Sebagai contoh :Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat
bila diberikanbersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandungkalsium,
aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO inhibitors
menimbulkan efek potensiasi daribarbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan
asetosal dapatmenimbulkan chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagiterhadap
malaria.Mencampur hipnotik dan sedatif dengankafein hanya dalam perbandingan
yang tertentu saja rasionil.Pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan
berbagaiantibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak sebaiknyatidak dianjurkan
b. Inkompatibilitas fisika.
Yang dimaksudkan di sini adalah perubahan-perubahan Yang tidak diinginkan yang timbul
pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadiperubahan-perubahan kimia.
Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.²Tidak dapat larut dan obat-obat
yang apabila disatukantidak dapat bercampur secara homogen.²Penggaraman
(salting out).²Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.
c. Inkompatibilitas kimia
Yaitu perubahan-perubahan yang
terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkanoleh berlangsungnya
reaksi kimia/interaksi.Termasuk di sini adalah : Reaksi-reaksi di mana terjadi
senyawa baru yang mengendap. Reaksi
antara obat yang bereaksi asam dan basa. Reaksi yang terjadi karena
proses oksidasi/reduksi maupunhidrolisa. Perubahan-perubahan warna,
Terbentuknya gas dll.
9.10.
Bahan Dasar Pembuatan salep
Salep dasar adalah zat
pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan
bahan yang telah mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih
dahulu diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan
salep dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi
disebutkan salep dasar yang cocok.
Pemilihan salep dasar
yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan
penggunaannya.
Salep
Dasar-I
Salep dasar –I umunya
digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran terdiri dari 50 bagian Malam
putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri dari 50 bagiian Malam
kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep dasar lemak lainnya seperti
minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran Parafin cairr dan Parafin padat.
Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci; agar mudah dicuci
dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.
Salep
Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya
digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu domba terutama kolesterol,
campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30 bagian stearilalkohol, 80
bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep dasar sarap lainnya
yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.
Salep
Dasar-III
Salep dasar-III dapat
digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil paraden, 0,15 bagian
Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian Propilenglikol, 20
bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air secukupnya hingga 1000
bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok. Salep dasar-III mudah
dicuci.
Salep
Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat
digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol 1500, 40 bagian
poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian,
atau salep dasar larut lainnya yang cocok.
Berdasarkan
komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
Dasar
salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
a)
Vaselin putih,Vaselin
kuning.
b)
Campuran Vaselin
dengan malam putih, malam kuning.
c)
Parafin encer, Parafin
padat.
d)
Minyak tumbuh-tumbuhan
Dasar
salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
a)
Adeps lanae
Campuran 30 bagian
malam kuning dan 70 bagian minyak wijen Hydrophilic petrolatum 86 Vaselin
Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol. (IMO:52-53)
Zat-zat yang dapat
dilarutkan dalam dasar salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih
besar daripada dalam vaselin.
Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara
digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin,
maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa
vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Champoradapat
dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut
setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai
spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep,
lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep
sedikit demi sedikit (IMO,hal 55)
Salah satu macam salep
adalah salep mata yang digunakan pada mata. Dasar salep yang dipilih tidak
boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap
mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi
penyimpanan yang tepat. Vaselin merupakan dasar salep mata yang sering banyak
digunakan. Beberapa dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah
dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat
yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan dispersi obat larut
air yanglebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus
mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan
atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah
dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau
formulanya sendiri sudah bersifat baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke
dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata
harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep
harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian
pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah
senyawa antibakteri golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum luas dan
banyak digunakan terhadap bermacam – macam penyakit infeksi oleh kuman gram
positif maupun negative, salahsatunya pada infeksi mata yang disababkan oleh
kuman – kuman yang peka terhadap sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide
aksi pendek yang mempunyai aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).
9.11. Keuntungan dan
Kerugian Salep
·
Keuntungan Salep
misalnya salep
dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket
yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci
dengan air dibandingkan dasar salep berminyak. (Van Duin. 1947)
·
Kerugian salep
misalnya pada
salep basis hidrokarbon, sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada
pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan
kulit.
Hal ini
menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Sedangkan pada
basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai
sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang
stabil dengan adanya air.(Van Duin. 1947)
9.12. Pengawetan
Salep
Preparat
farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet
kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikro
organisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat,
fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuarterner dan campuran
lainnya. Preparat setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan dan
penyimpanan yang sesuai dari pengaruh pengerusakan oleh udara, cahaya, uap air
(lembap) dan panas serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara preparat
dengan wadah.
9.13. Pengemasan dan Penyimpanan Salep
Salep biasanya
dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas tidak
bewarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol
plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk
salep yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng
atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu
khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina,
telinga, atau hidung.
Tube umumnya
diisi dengan bertekanan alat pengisi dari bagian ujung belakang yang terbuka
(ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang kemudian ditutup dengan
disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai
30 gr. Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi
dengan mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang kedalam botol dengan
memakai spatula yang fleksibel dan menekannya kebawah, sejajar melalui tepi
botol guna menghindari kemungkinan terperangkapnya udara didalam botol. Salep
dalam tube lebih luas pemakaiannya daripada botol, disebabkan lebih mudah dan
menyenangkan digunakan oleh pasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan.
Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi
dari mikroba yang potensial, oleh karena itu akan lebih stabil dan dapat tahan
lama pada pemakaian dibandingkan dengan salep dalam botol. Kebanyakan salep
harus disimpan pada temperatur dibawah 300C untuk mencegah melembek apalagi
dasar salepnya bersifat dapat mencair.
9.14. Contoh-contoh Obat Salep
Contoh-contoh
obat salep yang digunakan sebagai berikut :
1.
Obat bisul, koreng dan borok
Obat bisul,
koreng, dan borok yang telah lama dikenal ialah salep diachylon dan salep
ichthyol. Selain itu penyakit koreng juga dapat diobati dengan asam salisilat,
salep yang mengandung sulfa, penisilina, dan belerang. Contoh obat yang
digunakan untuk obat bisul, koreng, dan borok :
a)
Unguentum O1. Jec. Aselli (mengandung minyak ikan)
b)
Unguentum sulfuris salicylatum (megandung asam salisilat dan belerang)
c)
Unguentum sulfanilamida (mengandung sulfinamida)
d)
Unguentum penisilin (mengandung penisilina)
2. Obat eskema
Untuk eskema
biasanya digunakan salep yang mengandung bahan teer (misalnya ichthyol, pix
liquida, oleum cadium), belerang, asam salisilat, solutio acetatis alumini
basicus. Contoh salep skema :
a)
Pasta zinci salicylata lassar (mengandung asam salisilat, seng oksida,
amilum tritici dan vaselin kuning)
b)
Mixtura agitanda ichthyloii (mengandung ichthyol, seng oksida, talk,
gliserin dan air)
c)
Untuk eskem basah digunakan campuran seng oksida, oleum olivarum, air kapur
yang sama banyaknya.
Untuk penyakit eskema sekarang terkenal obat-obat
modern, antara lain :
- Salep allercyl, buatan Pabrik Bode
Scenhemic
- EBIZALF, buatan pabrik USFI
- Cortimycin krim, buatan pabrik Medial,
kenrose Indonesia
- Dexatropic Krim, buatan pabrik Organon
3. Obat kudis
Untuk penyakit
kudis biasanya digunakan salep yang mengandung belerang, teer, natrium benzoat
dan gammexaan. Contoh obat kudis :
a)
Linimentum sulfuris, mengandung oleum cocos dan belerang sama banyak.
b)
Emulsum benzoatis benzylici, mengandung natrium benzoat, emulgide, minyak
wijen dan air.
c)
Unguentum sulfuris, mengandung belerang dan vaselin.
Contoh obat
patten modern yang digunakan untuk penyakit kudis :
- Crotaderm krim, buatan pabrik Bayer
- Pagoda selep, buatan pabrik Afiat
- Herocyn selep, buatan pabrik Coronet
4. Obat kurab, panu, dan kutu air
Kurab, panu dan
kutu air biasanya disebabkan oleh infeksi dengan kapang-kapang. Obat yang biasa
digunakan untuk menyembuhkan penyakit ini ialah asam salsilat, belerang,
jodium. Contoh obat kurab, panu, dan kutu air :
a)
Salicyl spiritus 5-10%
b)
Unguentum sulfuris salicylatum, mengandung asam salisilat, belerang, dan
vaselin kuning
c)
Unguentum whitfield, mengandung asam benzoat, asam salisilat, lanolin dan
vaselin putih.
Contoh obat patten modern yang digunakan untuk
pengobatan kurab, panu dan kutu air :
- Kalpanax tingtur buatan pabrik Kalbe
Farma
- Radas tingtur buatan pabrik Prafa
- Pantox tingtur, buatan pabrik Cendo
Dalam praktikum sediaan salep, alat dan
bahan yang biasa digunakan sebagai berikut:
1.2.
Alat dan Bahan Salep
oAlat:
a. Lumpang
b. Mortar
c. cawan
penguap
d. sendok
spatel
e. cawan
penguap
o Bahan:
a. Adepslanae
b. vaselin
alba
c. sulfur
pp
d. acid
salicyl
e. vaselin
flava
f. ichtiyol
1.3.
Cara
Kerja
1.
Menimbang bahan berkhasiat dan bahan tambahan lainnya, digerus hingga halus
sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki.
2.
Menimbang basis vaselin album dan adeps lanae, mencampurkan satu sama lain
denganmetode pencampuran kemudian digerus dalam mortir hingga homogen.
3.
Menambahkan propilenglikol dan BHT kedalam basis yang sudah tercampur.
4.
Menambahkan basis yang sudah tercampur sedikit-sedikit ke dalam mortir yang
sudah diberi bahan berkhasiat.
5.
Mengaduk sampai homogen dan mencampurkannya sampai rata.
6.
Memasukkan kedalam pot dan diberi etiket.
7.
Melakukan evaluasi.
RESEP
1
daftar
|
TM
|
pemerian
|
kelarutan
|
Khasiat
|
Dapus
|
W
|
-
|
Cairan kental, hitam
bau khas
|
-
|
Anti septikum
ekstren
|
Fi edisi III hal 303
|
W
|
-
|
Massa lunak lengket,
kuning
|
-
|
Zat Tambahan
|
Fi edisi III hal 633
|
R/
Ungt Ichtyol 5
Mf Ungt
Sue Obat Bisul
Pro: Ali (Dws)
Fo : Ungt Ichtiyol
(Fms Hal 105) kelengkapan Resep: alamat pasien, paraf/tanda
tangan dokter
R/ Ichtiyol 10
Vas Flav Ad 100 obat tidak tercampur (ott) : -
Usul: sediaan
di tambah 10% agar pada penimbangan terakhir bobot yang diminta sesuai.
Penimbangan
bahan (pb):
Ichtiyol : 

Vaselin flava : 


perhitungan takaran maksimum ( P. T. M):-
cara pengerjaan resep (cpr/):
1. Timbang semua bahan yang ada di r/
2. Lebur vaselin flava diatas water bath
didalam cawan penguap pada suhu 70-7
0 c ad melebur

3. Timbang ichtiyol diatas kertas
perkamen/kaca arloji yang telah dilapisi oleh paraffin liquid
4. Angkat leburan, masukan didalam
lumping, gerus ad dingin.
5. Masukan ichtyol gerus ad homogeny
6. Keluarkan dari lumpang, timbang sebanyak
masukan dalam pot
obat.

7. Beri etiket biru tandai “ obat bisul
untuk pemakaian luar”
8. Obat siap diserahkan
Penyerahan
( wadah, etiket,dan label)
Wadah
: pot obat
Etiket
:
LABORATORIUM RESEP
AKFAR AL-FATAH
BENGKULU
Jl. Indragiri Gg 3
Serangkai Bengkulu
|
No: 1 tgl:
21/02/17
Pro: ali (dws)
Untuk obat luar,
obat bisul
|
Obat luar
|
Label : -
RESEP
2
Daftar
|
TM
|
Pemerian
|
kelarutan
|
Khasiat
|
Dapus
|
W
|
-
|
Hablur ringan, tidak
berwarna, serbuk putih
|
-
|
Anti fungi keratolitikum
|
Fi edisi III hal 56
|
W
|
-
|
Tidak berasa
|
-
|
Anti skabies
|
Fi edisi III hal 591
|
W
|
-
|
Massa lunak lengket,
kuning
|
Zat Tambahan
|
Fi edisi III hal 633
|
R/
Ungt 2-4
Mf Ungt 3 g
SUE
Pro: Ali (Dws)
Fo
: Ungt 2-4
(Fms Hal 95)
R/ acid salicyl 2
Sulfur pp 4
Vas
Flav Ad 100
kelengkapan Resep:
alamat pasien, paraf/tanda tangan dokter
obat tidak tercampur (ott) : -
Usul: sediaan di tambah 10% agar pada penimbangan terakhir
bobot yang diminta sesuai. Acid salicyl di tetesi etanol 95%
Penimbangan bahan
(pb):
Ichtiyol : 

sulfur pp : 

Vaselin flava :

perhitungan
takaran maksimum ( P. T. M):-
cara
pengerjaan resep (cpr/):
1. Timbang semua bahan yang ada di r/
2. Lebur vaselin flava diatas water bath
didalam cawan penguap pada suhu 70-7
0 c ad melebur

3. Timbang acid salycil dengan spirtus
portior (etanol 95%) gerus ad mencair, sisihkan M1
4. Gerus sulfur samapai halus di dalam
lumping sisihkam M2
5. Angkat leburan, masukan didalam
lumping, gerus ad dingin.
6. Masukan M1 + M2
gerus ad homogeny
7. Keluarkan dari lumping, timbang
sebanyak
masukan dalam pot
obat.

8. Beri etiket biru tandai “ untuk
pemakaian luar”
9. Obat siap diserahkan
Penyerahan
( wadah, etiket,dan label)
Wadah
: pot obat
Etiket :
LABORATORIUM RESEP
AKFAR AL-FATAH
BENGKULU
Jl. Indragiri Gg 3
Serangkai Bengkulu
|
No: 2 tgl:
21/02/17
Pro: Nila (8 thn)
Untuk pemakaian
luar
|
Obat luar
|
Label : -
RESEP 3
daftar
|
TM
|
pemerian
|
kelarutan
|
Khasiat
|
Daf.pus
|
W
|
-
|
Tidak berasa
|
-
|
Anti scabies
|
Fi edisi III hal 591
|
W
|
-
|
Massa lunak lengket,
kuning
|
-
|
Zat Tambahan
|
Fi edisi III hal 633
|
R/ Ungt
sulfuris 10%
Mf Ungt 10
Sue
Pro: Rendi (15 thn)
Fo : Ungt Sulfuris
(Fms Hal 105)
R/ sulfur sub 10
Vaselin ad 100 kelengkapan Resep:
alamat pasien, paraf/tanda tangan dokterobat tidak tercampur (ott) : -
Usul:
sediaan di tambah 10% agar pada penimbangan terakhir bobot yang diminta sesuai.
Penimbangan
bahan (pb):
Sulfur sub : 

Vaselin flava : 


perhitungan takaran maksimum ( P. T. M):-
cara pengerjaan resep (cpr/):
1. Timbang semua bahan yang ada di r/
2. Lebur vaselin flava diatas water bath
didalam cawan penguap pada suhu 70-7
0 c ad melebur

3. Gerus sulfur subd ad halus, sisihkan M1
4. Angkat leburan, masukan didalam
lumping, gerus ad dingin.
5. Masukan M1 gerus ad homogeny
6. Keluarkan dari lumping, timbang
sebanyak
masukan dalam pot
obat.

7. Beri etiket biru tandai “ untuk
pemakaian luar”
8. Obat siap diserahkan
Penyerahan
( wadah, etiket,dan label)
Wadah
: pot obat
Etiket
:
LABORATORIUM RESEP
AKFAR AL-FATAH
BENGKULU
Jl. Indragiri Gg 3
Serangkai Bengkulu
|
No: 3 tgl:
21/02/17
Pro: Rendi (15 thn)
Untuk pemakaian
luar
|
Obat luar
|
Label : -
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Informasi Spesialite Obat. Jakarta Aiache.
1993. Biofarmasetika,
Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas
Indonesia Press, Jakarta , Hal 399-405
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 1995, Farmakope
Indonesia , Edisi IV , Jakarta
Dirks, D.. dan Helderman, W.., 1993. Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan. Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.
diterjemahkan oleh Widji Soerartri Edisi II. Jakarta : Airlangga Press Ardhie
Muhandari Ari. 2004.
Lachman, Leon dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta;Universitas Indonesia.
Lieberman HA, Lachmann L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi I. Jakarta: UI Press.
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Edisi IV Jakarta : UI-Press Clarke,
Pharmaceutical Press. Departemen Kesehatan. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi ketiga. Jakarta
Reynolds, James E.F. 1982. Martindale
The Extra Pharmacopoeid.Book 2.
London; The Pharmaceutical Press.
Saifullah, T.N, dan Rina
Kuswahyuning. 2008 .Teknologi dan Formulasi Sediaan, Jakarta
Syamsuni.2005. Farmasetika
Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Wilkins, Williams Lippincott, 2000,Remington,
Konggres library office United State of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar